Spanning Tree Protocol
Memahami Bridging Loops dan Algoritma Spanning Tree Protocol
Dalam membangun suatu infrastructure jaringan, kita membangun pondasi infrastructure logis (seperti layanan directory dari system windows server 2003, domain name system) dan juga infrastructure fisik (seperti domain controller, piranti jaringan seperti router dan switch).
Switch adalah piranti jaringan yang paling banyak dipakai dalam suatu
infrastructure jaringan fisik. Anda tahu bahwa switch dibuat berdasarkan
konsep bridge.
Bridge merupakan piranti murni yang bekerja pada layer Data Link pada model OSI, dimana merupakan cikal bakal daripada Switch LAN.
Ada tiga jenis bridge:
1. Tarnsparant bridge (untuk jaringan Ethernet dan Token Ring)
2. Source-routing bridge (untuk jaringan Token Ring saja)
3. Source-routing transparent bridge (untuk jaringan Token Ring saja)
Karena kita hanya membahas jaringan Ethernet saja, maka hanya jenis
transparent bridge saja yang kita akan concern. Suatu bridge disebut
transparent jika kedua piranti pengirim dan penerima dalam suatu
komunikasi dua piranti tidak menyadari adanya suatu bridge. Yang mereka
tahu hanya lah bahwa keduanya berada pada segmen yang sama.
Bagaimana transparent bridge bekerja?
- Transparent bridges membangun database mengenai data dari piranti dan disegmen mana piranti tersebut berada dengan cara memeriksa sumber address dari paket yang datang. Untuk bridge yang baru dipasang database masih kosong. Begitu juga piranti jaringan yang baru dikonek ke bridge tidak ada dalam database.
- Transparent bridge meneruskan paket berdasarkan aturan berikut:
- Jika address tujuan tidak diketahui (tidak ada didatabase ), maka bridge meneruskan paket kesemua segmen.
- Jika address tujuan diketahui dan ada di segmen yang sama, maka bridge membuang paket tersebut, jadi tidak dilewatkan ke segmen lainnya.
- Jika address tujuan diketahui dan berada di segmen lain, maka bridge meneruskan paket kepada segmen yang tepat.
- Transparent bridge meneruskan paket hanya jika kondisi berikut dipenuhi:
- Frame berisi data pada layer bagian atas (data dari sub-layer LLC keatas)
- Integritas frame telah diverifikasi (suatu CRC yang valid)
- Frame tersebut tidak dialamatkan kepada bridge
Bridging loops dan STA – Algoritma Spanning Tree
Bridge menghubungkan dua segmen LAN, membentuk satu jaringan. Bridge, dengan namanya saja sudah mensiratkan arti sebuah jembatan, merupakan titik pertemuan antara dua segmen jaringan.
Jika bridge ini tidak berfungsi, maka sudah pasti traffic antara
kedua segmen jaringan tersebut menjadi tidak mungkin. Agar dua jaringan
tadi bisa fault tolerance (artinya jika ada kerusakan maka harus ada
backup yang menggantikan fungsi tersebut), maka setidaknya harus ada dua
bridge untuk menghubungkan kedua jaringan.
Pada gambar ini, kedua jaringan dihubungkan dua buah bridge yang
bersifat fault tolerance, jika fungsi bridge yang beroperasi tidak
berfungsi, atau gagal berfungsi, maka bridge satunya akan menggantikan
fungsi bridge yang gagal fungsi tadi. Walaupun kedua bridge ini hidup,
akan tetapi secara teori hanya satu saja yang berfungsi (misalnya bridge
#1). Jika bridge # 1 ini tidak berfungsi, maka bridge # 2 akan
menggantikan fungsinya.
Kenapa hanya satu? Jika keduanya berfungsi, maka terjadi redundansi
link (jalur) antara dua segmen jaringan tersebut. akibatnya sudah
dipastikan bahwa paket antar dua jaringan tersebut berputar-putar
melewati kedua bridge tadi tanpa henti sampai akhirnya mati sendiri
…wong kecapekan. Kondisi ini disebut sebagai bridging loops atau bisa
juga disebut dengan broadcast storm.
Untuk mencegah terjadinya bridging loop, komisi standard 802.1d
mendifinisikan standard yang disebut Spanning Tree Algoritm (STA), atau
Spanning Tree Protocol (STP). Dengan protocol ini, satu bridge untuk
setiap jalur (rute) di beri tugas sebagai designated bridge. Hanya
designated bridge yang bisa meneruskan paket. Sementara redundansi
bridge bertindak sebagai backup.
Keuntungan dari spanning tree algoritma
Spanning tree algoritma sangat penting dalam implementasi bridge pada jaringan anda. Keuntungan nya adalah sebagai berikut:
- Mengeliminir bridging loops
- Memberikan jalur redundansi antara dua piranti
- Recovery secara automatis dari suatu perubahan topology atau kegagalan bridge
- Mengidentifikasikan jalur optimal antara dua piranti jaringan
Baaimana spanning tree bekerja?
Spanning tree algoritma secara automatis menemukan topology jaringan,
dan membentuk suatu jalur tunggal yang yang optimal melalui suatu
bridge jaringan dengan menugasi fungsi-2 berikut pada setiap bridge.
Fungsi bridge menentukan bagaimana bridge berfungsi dalam hubungannya
dengan bridge lainnya, dan apakah bridge meneruskan traffic ke
jaringan-2 lainnya atau tidak.
1. Root bridge
Root bridge merupakan master bridge atau controlling bridge. Root
bridge secara periodik mem-broadcast message konfigurasi. Message ini
digunakan untuk memilih rute dan re-konfigure fungsi-2 dari bridge-2
lainnya bila perlu. Hanya da satu root bridge per jaringan. Root bridge
dipilih oleh administrator. Saat menentukan root bridge, pilih root
bridge yang paling dekat dengan pusat jaringan secara fisik.
2. Designated bridge
Suatu designated bridge adalah bridge-2 lain yang berpartisipasi
dalam meneruskan paket melalui jaringan. Mereka dipilih secara automatis
dengan cara saling tukar paket konfigurasi bridge. Untuk mencegah
terjadinya bridging loop, hanya ada satu designated bridge per segment
jaringan
3. Backup bridge
Semua bridge redundansi dianggap sebagai backup bridge. Backup bridge
mendengar traffic jaringan dan membangun database bridge. Akan tetapi
mereka tidak meneruska paket. Backup bridge ini akan mengambil alih
fungsi jika suatu root bridge atau designated bridge tidak berfungsi.
Bridge mengirimkan paket khusus yang disebut Bridge Protocol Data
Units (BPDU) keluar dari setiap port. BPDU ini dikirim dan diterima dari
bridge lainnya digunakan untuk menentukan fungsi-2 bridge, melakukan
verifikasi kalau bridge disekitarnya masih berfungsi, dan recovery jika
terjadi perubahan topology jaringan.
Perencanaan jaringan dengan bridge mengguanakan spanning tree
protocol memerlukan perencanaan yang hati-2. Suatu konfigurasi yang
optimal menuntut pada aturan-2 berikut ini:
- Setiap bridge sharusnya mempunyai backup (yaitu jalur redundansi antara setiap segmen)
- Packet-2 harus tidak boleh melewati lebih dari dua bridge antara segmen-2 jaringan
- Packet-2 seharusnya tidak melewati lebih dari tiga bridge setelah terjadi perubahan topology.
Spanning tree protocol (STP) adalah layanan yang memungkinkan LAN
switches dikoneksikan secara redundansi dengan memberikan suatu
mekanisme untuk mencegah terjadinya suatu bridging loops.
Kebutuhan minimum yang berhubungan dengan STP adalah sebagai berikut:
1. Versi standard STP adalah 802.1d dan harus di “enable” pada semua
switch (walaupun by default switch adalah “enable” STP nya). STP tidak
boleh di “disabled” disemua switches.
2. Dokumentasi jaringan anda harus ada dan menunjukkan dengan jelas
topology jaringan anda termasuk redundansi link yang mungkin ada
3. Yang ini sangat direkomendasikan: bahwa port Switch yang
dihubungkan ke pada komputer, printer, server, dan router (tetapi tidak
ke switch, bridge atau hub) haruslah “STP port-fast enabled”. Port-fast
juga sering disbut sebagai fast-start atau start-forwarding. Port-fast
dapat digunakan untuk mempercepat transisi port host untuk antisipasi
transisi lambat dari berbagai kondisi STP. Tanpa adanya port-fast
“enable” kebanyakan koneksi akan mengalami time-out saat melakukan
koneksi pertama kali. Telah diketemukan bahwa banyak koneksi Novell IPX
dan DHCP mengalami time-out bahkan gagal jika tanpa port-fast “enable”.
Jangan melakukan “enable” STP port-fast pada port koneksi antar
switch karena akan menimbulkan bridging loop kepada jaringan. STP
port-fast adalah fitur dari kebanyakan Switch yang versi baru (modern)
dan biasanya tidak di “enable” by default.
0 komentar:
Posting Komentar